Kamis, 28 Juli 2016

Zero


Zero is zero, no matter how much I try to give tails to the number.



Bukan hal yang mudah berada di titik nol.
Kenapa?
Karena angka nol itu seperti donat.
Kalau tidak hati-hati, bisa jadi bakalan meluncur lewat bagian tengahnya yang bolong itu tadi.
Meluncur jauh entah kemana.

Ini ngomongin apa ya?

"Visualize your dream," kata teman saya bertahun-tahun yang lalu.
"Kalaupun mimpimu tidak mudah terwujud, setidaknya ada banyak hal yang bakal kamu pelajari sambil jalan," katanya lagi.

Sometimes I wonder how much I have to endure, but then I still end up enduring it.
Why?
Ya karena kan, hidup terus berjalan. Waktu tidak akan menunggu saya kalaupun saya minta waktu untuk bersedih hati, bergalau ria, berbaper super, dsb.

Time never stops.

Jadi hanya dua pilihan yang bisa saya lakukan: rise, or, run.

Tapi memang sih... saat benar-benar di titik nol, satu-satunya hal yang paling saya inginkan adalah kabur.
Kabur dari semua rutinitas, semua tanggung jawab, semua tugas, semua orang, semuanya.
Kadang saya berharap hidup ini punya tombol reset jadi ketika suatu planning harus gagal tanpa bisa direcovery, saya bisa kembali ke titik start dan mencoba kembali dari titik nol.

What a silly wish.

Ada yang hilang ketika kita gagal. Melepaskan sebuah rencana besar ke recycle bin itu rasanya seperti membuang separuh visi masa depan saya, if you know what I mean.

Zero.

I feel like zero.

Tapi lucunya, thanks to my overactive mind, saya jadi ingat mimpi-mimpi lama saya.
Iya ya, ada banyak mimpi kecil (eh, ndak kecil sih, buuessarrr malahan) yang harus saya kesampingkan demi planning saya yang terakhir kemarin.
Yang gagal itu, hahaha :p

Sepertinya sebagian otak saya bilang, "Nah kan? Kita bilang juga apa, kau sih ndak mau ndengerin kita,"

bzzzttt...

Oke fine, saya akui bahwa planning yang kemarin itu gagalnya karena 50% kesalahan saya sendiri (apa 75% ya? apa 80%?). Saya menghabiskan waktu berhari-hari untuk mengoreksi kesalahan tersebut, tapi sebagiannya sudah tidak bisa dirubah kembali.

The final decision has been made since long ago, I guess.

Jadi sesungguhnya saya sempat ada feeling kalau bakalan gagal sejak lama, tapi saya memutuskan untuk tetap memperbaiki kesalahan tersebut.
Saya berprinsip bahwa selama pengumuman belum keluar, saya masih ingin melakukan yang terbaik.
Saya tidak ingin menyesal karena kurang berusaha.

Dan sejujurnya bahkan sekarang pun saya masih merasa bahwa saya kemarin-kemarin ini masih kurang berusaha.

Dan saya dimarahi sama partner kerja saya, "Ya kamu harus maafin dirimu lah, kamu adalah yang paling bisa memberikan energi positif maupun negatif buat dirimu sendiri,"

Iya sih ya, jika di dunia ini ada orang yang memiliki ekspektasi yang sangat diri tentang saya, sesungguhnya orang itu adalah diri saya sendiri.
Berat juga ya bobot si zero ini, hahaha :p

I guess I made everyone worry about me.
Oh dan sempat kena vertigo juga kemarin pagi, hahaha :p

Dear myself,
It is not even the end.

This is just another beginning.

Allah mengambil milik saya untuk memberikan cukup ruang saat Allah memberikan hal yang lebih baik untuk saya.
InsyaAllah, semua akan baik-baik saja.
Dan semua mimpi yang belum terwujud, satu per satu akan terwujud.

Amiinn...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah membaca, have a good day!